Selasa, 27 Desember 2011

Prajurit Badai Tenggara

Malam itu hanya ada cahaya bintang dan bulan sabit ketika seorang bayi laki-laki dilairkan di sebuah rumah yang jauh dari keramaian. terdengar tagis bayi itu membongkar sepih malam. terlihat senyum dari tiap anggota keluarga yang menyaksikan kelahirannya. "Sinyasu... itu namamu." terdengar dari mulut seorang pria dewasa yang sedang menggendong bayi mungil itu di dalam buaiyannya. Kelahiran Sinyasu hampir merengut nyawa ibunya... Dan pada malam itu juga terjadi kegaduhan, kerusuhan. Perang yang dahsyat tiba-tiba saja terjadi. "Seran, selamatkan dirimu dan adikmu ini. pergi lah ketempat yang jauh dan aman, pergi lah ke pulau Ares, cari orang bernama Rerayaman dan beritahu dia siapa kalian, dia akan menolong kalian." "Tapi ayah, bagaimana dengan kalian?" "Pergi! Ibu dan kakekmu sangat lemah dan tidak bisa banyak ergerak, ayah harus menjaga mereka, dan kau harus menjaga adikmu. Kami akan baik-baik saja." dan Ayah anak itu pun tersenyum. Ibu dan kakeknya pun tersenyum. Tidak ada ekspresi kesedihan dari ketiganya meski pun keadaan hati mereka yang sebenarnya sangat bertolak belakang. Mereka harus meyakinkan anak itu bahwa mereka akan baik-baik saja. Maka Seran pun membawa adik bayinya yang baru lahir yang diletakan didalam sebuah keranjang kecil dan diikatkan ketubuhnya, dan smbil memikul sebuah ransel perbekalan dia pun meneteskan air mata dan mulai berlari. Mereka, Seran dan Sinyasu pergi meninggalkan keluarganya, berlari dalam ketakutan, kesedihan, keraguan, dan keadaan emosi yang campur aduk. Dia berlari mengikuti sebuah jalan setapak yang menuntunnya sampai ke pantai. di pantai itu banyak pulah anak-anak dan wanita dewasa sedang berusaha naik ke atas perahu-perahu yang siap untuk berlayar meninggalkan kota mereka. Dengan cepat anak laki-laki yang membawa adik bayinya itu bergerak menuju salah satu perahu, menaikinya, dan mulai menghilang ditengah kegelapan malam bersama yang lainnya. Pulau demi pulau mereka lewati, dermaga demi dermaga mereka singgahi... 3 Hari terombang ambing di lautan, seperti tanpa tujuan. Pulau yang mereka tuju sangat jauh dari kota tempat tinggal mereka. Pelayaran yang sangat lama dan jauh bagi seorang anak kecil, putus harapan dan kebingungan. Seran menangis menatap adiknya yang masih terlu kecil... Si kecil Sinyasu lalu tersenyum. Melihat kejadian itu, Seran menghapus airmatanya dan memandangi adiknya dengan tatapan punuh harapan dan kekuatan baru. Mereka tiba di pulau Ares. Seran mencari Rerayaman bersama adiknya. Tidak sulit mencari Rerayaman, karna dia sangat dikenal di pulau Ares. Seran lalu menceritakan segalanya kepada Rerayaman, mengenai dari mana mereka berasal, siapa orang tua mereka, dan apa yang telah menimpa kota mereka dan orang tua mereka. Pria itu, Rerayaman, menatap Seran dan Sinyasu, lalu menangis dan memeluk mereka. 15 tahun telah berlalu sejak peristiwa perang di kota kelahiran Seran dan Sinyasu. banyak hal telah berubah sejak mereka tiba di Pulau Ares. Rerayaman telah menjaga dan merawat kedua bocah itu selama 15 tahun. dan... "Oz!!!" teriak seorang pemuda seraya mengangkat kedua tangannya keatas. kilatan cahaya seperti petir muncul dari dari kedua tangannya, lalu membumbung keangkasa, menukik ke arah bawa menuju seorang pemuda lain yg sedang berdiri memandangi petir itu, tanpa bergerak. "HORACE, JANGAN GUNAKAN ITU. INI HANYA LATIHAN!!! SERAAAN!!! MENGHINDAR LAH!!!" terdengar suara gemuruh seorang pria dewasa yang sedang berdiri mengawasi kedua pemuda itu, Horace dan Seran. tiba-tiba saja Seran menghilang, dan sesaat kemudian dia sudah berada di belakang Horace. gerakannya sangat cepat sampai tidak terlihat. dia mulai mengayunkan tinjunya ke arah belakang kepala Horace, tapi dengan kecepatan yang sama, Horace Menghindari tinjunya. Sesaat kemudian mereka sudah berhadap-hadapan, mengepal tinju masing-masing dan... Secepat cahaya.. "JDUM!!!" Suara dentuman keras sperti ledakan terdengar. Tinju keduanya saling beradu. Getarannya begitu dahsyat hingga menggetarkan tanah dan udara! Pria yang mengawasi kedua pemuda itu mengatur kuda-kudanya dan bertahan melawan getarannya, namun terhempas. sunyi kemudian... hanya suara angin berhembus. Pria itu berdiri dan mengalihkan pandangannya kearah kedua pemuda itu. Terbelalak, namun kemudian menjadi senyum di wajahnya, berjalan menuju Horace dan Seran sambil bertepuk. "Kalian berdua memang hebat. Aku kagum dan salut pada kalian. Sekarang sudah sama dengan ku, kita sekarang satu tim." Lalu ketiganya tersenyum dan mulai tertawa. "Oh iya... di mana baju kalian?" dengan ekspresi yang datar, pria itu bertanya kepada Horace dan Seran. mereka saling memandang dan mulai merasa aneh, wajah keduanya memerah dan pan terlihat panik. "WAAAAA!!! APA YANG TERJADI PADA PAKAIANKU???" teriak Horace, "AKU TIDAK BISA TERLIHAT SEPERTI INI DI MUKA UMUM!!!" sementara dan keduanya berusaha menutupi tubuh mereka yang sedang bugil. "Hehe!" tertawa licik pria dewasa,"Itu lah akibat dari terlalu banyak pamer kemampuan... Selamat tinggal! aku sedang banyak urusan." Pria itu bergegas, mencoba meninggalkan Horace dan Seran. Tapi dia terlambat, kedua pemuda itu sudah mengepungnya. "Guru Sange, jangan tinggalkan kami" ucap keduanya sambil memberi pandangan menakutkan dan senyuman licik kepada guru mereka. BUG! BAG!...BRAK! DEG! BOOFF!!! Kemudain, Sange terhempas ke tanah dalam keadaan babak belur dan hanya mengenakan celana pendek. "Terimakasih Guru." kata Horace dan Seran tanpa merasa bersalah. "MURID SIALAAAN!!! KEMBALIKAN PAKAIAN KUUUUUU!!!" Kedua pemuda itu lalu melarikan diri.

Selasa, 13 Desember 2011

Line Testing "13th" : Chapter 1

sedikit (sketsa) adegan dari bakal calon komik "13th" karanganku... (Comment please!)

Sabtu, 03 Desember 2011